Pengertian Bahan Superkonduktor
Bahan
superkonduktor adalah suatu bahan yang dapat mengalirkan arus listrik tanpa
tahanan listrik sedikitpun (R = 0). Bahan ini terdiri dari campuran unsur-unsur
tertentu yang dapat mengalirkan arus listrik tanpa adanya tahanan pada suhu
yang sangat rendah. Arus yang mengalir pada rangkaian tertutup dari bahan
superkonduktor akan terus mengalir selamanya.
Suhu dan Medan Magnet Kritis
Untuk
menghasilkan keadaan atau kondisi superkonduktor membutuhkan syarat yaitu suhu
kritis (Tc), suhu kritis ini bervariasi dari tiap material, suhu kritis ini
biasanya antara 0⁰K sampai 130⁰K, di bawah suhu kritis akan menghasilkan
hambatan bernilai 0 dan bersifat diamagnetik. Dari penelitian, logam murni
seperti emas atau tembaga yang di suhu ruang merupakan konduktor yang sangat
baik, justru mempunyai suhu kritis yang ekstrim, di bawah 4K untuk menjadi
superkonduktor. Adalah keramik yang mempunyai titik kritis cukup tinggi, di
atas titik didih nitrogen cair, sehingga lebih mudah untuk diaplikasikan.
Padahal keramik adalah isolator yang baik pada suhu ruang.
a) Temperatur Kritis (Tc)
Ketika
temperature bahan diturunkan dari temperatur ruang normal sampai pada batas
temperature tertentu bahan ini akan memiliki sifat superkonduktor. Temperatur bahan pada saat terjadinya
perubahan sifat bahan ini dinamakan sebagai temperature kritis (Tc).
Contoh grafik Hambatan terhadap suhu pada bahan YBa2Cu3O7 atau YBCO (Yatrium-Barium-Tembaga-Oksida) adalah sebagai berikut :
Gambar Hambatan Terhadap Suhu.
Prinsip kerjanya adalah ketika benda atau bahan superkonduktor berada pada tempat yang memiliki derajat suhu diatas suhu rata-rata yang dimiliki bahan superkonduktor tersebut, maka sifat superkonduktornya akan rusak dan menjadi bahan konduktor biasa.
b) Medan Magnet Kritis
Medan
magnet kritis adalah batas kuatnya medan magnet sehingga bahan superkonduktor
memiliki medan magnet. Prinsip kerjanya adalah jika bahan superkonduktor yang berada dalam lingkungan
medan magnet yang kuat medan magnetnya lebih kecil dari medan magnet kritis
maka bahan superkonduktor tersebut akan ditolak oleh medan magnet (mengalami
efek meissner), sebaliknya jika kuat medan magnet luarnya lebih besar dari
medan magnet kritisnya maka bahan superkonduktor tersebut akan berubah menjadi
keadaan normal (tidak mengalami efek meissner). Ketika bahan superkonduktor didinginkan di bawah temperature kritis (Tc) dan medan magnet dinaikkan secara bertahap diatas medan magnet tertentu (Hc) maka sifat superkonduktivitas bahan akan hilang sehingga menjadi bahan konduktor biasa.
c) Efek Meissner
Ketika superkonduktor ditempatkan di medan magnet luar yang lemah, medan magnet akan menembus superkonduktor pada jarak yang sangat kecil dan dinamakan London Penetration Depth. Pada bahan superkonduktor umumnya London Penetration Depth sekitar 100 nm. Setelah itu medan magnet bernilai nol. Peristiwa ini dinamakan Efek Meissner dan merupakan krakteristik dari superkonduktor. Efek Meissner adalah efek dimana superkonduktor menghasilkan medan magnet. Efek Meissner ini sangat kuat sehingga sebuah magnet dapat melayang karena ditolak oleh superkonduktor. Medan magnet ini juga tidak boleh terlalu besar. Apabila medan magnetnya terlalu besar, maka efek Meissner ini akan hilang dan material akan kehilangan sifat superkonduktivitasnya.
Gambar Efek Meissner
Jenis Bahan dan Tipe Superkonduktor
a) Penemuan Bahan Superkonduktor
Dalam
beberapa tahun terakhir para ilmuwan
telah menemukan berbagai macam bahan yang dapat menjadi superkonduktor.
Bahan-bahan tersebut antara lain:
a. Mercury (1911): Superkonduktor pertama
ditemukan oleh Heike Kamerlingh Onnes. Ia menggunakan helium cair untuk
mendinginkan mercury di bawah suhu transisi superkonduktor yaitu 4,2 Kelvin.
b. Niobium Alloy (1941): Penggunaan
superkonduktor dalam industri terjadi setelah tahun 1961. Saat itu, para
ilmuwan menemukan bahwa niobium tin (Nb3Sn), yang menjadi superkonduktor pada
suhu 18,3 Kelvin, dapat membawa arus yang tinggi dan tahan terhadap medan
magnet besar.
c. Niobium germanium (1971): Bahan ini
(Nb3Ge) memegang rekor temperatur transisi tertinggi antara tahun 1971 hingga
tahun 1986.
d. Heavy Fermion (1979): Superkonduktor
Heavy Fermion seperti uranium platina (UPt3) sangat luar biasa karena memiliki
secara efektif memiliki electron ratusan kali massa biasa mereka. Teori
konvensional tidak dapat menjelaskan sifat superconductivity materi ini.
e. Cuprates (1986): Cuprates merupakan
superkonduktor suhu tinggi yang pertama. Bahan-bahan keramik ini dapat
didinginkan dengan nitrogen cair, yang mendidih pada suhu 77 Kelvin.
f. Fullerenes (1991): Solid kristal terbuat
dari buckyballs (C60) yang menjadi superkonduktor ketika didoping dengan atom
logam alkali seperti kalium, rubidium dan cesium.
g. HgBa2Ca2Cu3O8 (1995 ): Didoping dengan
talium, cuprate ini memiliki paling suhu transisi tertinggi pada tekanan
atmosfer. Pada tekanan tinggi bahan ini menjadi superkonduktor pada suhu 164
Kelvin.
h. Magnesium diboride (2001): Suhu transisi
yang luar biasa tinggi dari magnesium diboride merupakan kasus luar biasa dari
superkonduktor konvensional.
i. Iron pnictides (2006): Hideo Hosono
merupakan penemu senyawa ini. Senyawa ini merupakan jenis kedua superkonduktor
suhu tinggi.
b) Bahan
Superkonduktor
Bahan semikonduktor yang pertama ditemukan
adalah raksa oleh Heike Kammerlingh Onnes pada tahun 1911. Selain merkuri,
ternyata beberapa unsur-unsur lainnya juga menunjukkan sifat superkonduktor
dengan harga Tc yang berbeda. Beberapa contoh bahan superkonduktor yang
berhasil ditemukan dan suhu kritisnya dapat dilihat pada tabel berikut,
Tabel Bahan Superkonduktor
No
|
Bahan
|
Suhu Kritis (Tc)K
|
Tahun Ditemukan
|
1
|
Raksa Hg
|
4,2
|
1911
|
2
|
Timbal Pb
|
7,2
|
1913
|
3
|
Niobium nitrida
|
16,0
|
1960-an
|
4
|
Niobium-3-timah
|
8,1
|
1960-an
|
5
|
Al0,8Ge0,2Nb3
|
20,7
|
1960-an
|
6
|
Niobium germanium
|
23,2
|
1973
|
7
|
Lanthanum barium Tembaga oksida
|
28
|
1985
|
8
|
Yattrium barium tembaga
oksida (1-2-3 atau YBCO) |
93
|
1987
|
9
|
Thalium barium kalsium
Tembaga oksida |
125
|
-
|
10
|
Karbon ( C )
|
15
|
-
|
11
|
HgBa2Ca2Cu3O8
|
164
|
1995
|
c) Bahan Superkonduktor tidak terjadi pada :
·
Emas
·
Perak
·
Bahan ferromagnetic
d) Kelas Superkonduktor
Kelas I, (Low Temperature
Superconductor) adalah bahan yang harus berada pada suhu
yang sangat rendah
untuk memiliki sifat superkonduktor.
Kelas II (High Temperature
Superconductor) adalah bahan yang dapat berada pada suhu diatas bahan kelas I
untuk menjadi superkonduktor.
e) Teori BCS
Pemahaman tentang superkonduktivitas diteliti
lebih jauh pada tahun 1957 olehtiga fisikawan Amerika, John Bardeen, Leon
Cooper dan John Schrieffer, melaluiteori mereka yang disebut teori BCS. Teori
BCS menjelaskan superkonduktivitas pada suhu mendekati nol mutlak. Cooper
membuktikan bahwa kisi vibrasi atomsecara langsung mempengaruhi arus. Mereka
memaksa electron untuk berpasangan dan
dapat melewati semua penghambat yang menimbulkan resistansi(hambatan) pada
konduktor. Gabungan electron ini dikenal dengan pasanganCooper (Cooper pairs).
Cooper dan teman-temannya tahu bahwa electron yang normalnya saling tolak
menolak, akan mengalami tarik menarik padasuperkonduktor. Jawaban dari masalah
ini ditemukan pada phonon, paketgelombang bunyi yang ada pada kisi yang
bervibrasi. Walaupun vibrasi kisi ini tidak dapat didengar, perannya sebagai
moderator sangat diperlukan.
f) Tipe-tipe
Superkonduktor
Berdasarkan
interaksi dengan medan magnetnya, maka superkonduktor dapat dibagi menjadi dua
tipe yaitu Superkonduktor Tipe I dan Superkonduktor Tipe II.
Superkonduktor
tipe I menurut teori BCS (Bardeen, Cooper, dan Schrieffer) dijelaskan dengan
menggunakan pasangan elektron (yang sering disebut pasangan Cooper). Pasangan
elektron bergerak sepanjang terowongan penarik yang dibentuk ion-ion logam yang
bermuatan positif. Akibat dari adanya pembentukan pasangan dan tarikan ini arus
listrik akan bergerak dengan merata dan superkonduktivitas akan
terjadi. Superkonduktor yang berkelakuan seperti ini disebut
superkonduktor jenis pertama yang secara fisik ditandai dengan efek Meissner,
yakni gejala penolakan medan magnet luar (asalkan kuat medannya tidak terlalu
tinggi) oleh superkonduktor. Bila kuat medannya melebihi batas kritis, gejala
superkonduktivitasnya akan menghilang. Maka pada superkonduktor tipe I akan
terus – menerus menolak medan magnet yang diberikan hingga mencapai medan
magnet kritis. Kemudian dengan tiba-tiba bahan akan berubah kembali ke keadaan
normal. Bahan superkonduktor tipe 1 kebanyakan adalah unsur-unsur tunggal.
Superkonduktor
tipe II ini tidak dapat dijelaskan dengan teori BCS karena apabila
superkonduktor jenis II ini dijelaskan dengan teori BCS, efek Meissner nya
tidak terjadi. Abrisokov berhasil memformulasikan teori baru untuk menjelaskan
superkonduktor jenis II ini. Ia mendasarkan teorinya pada kerapatan pasangan
elektron yang dinyatakan dalam parameter keteraturan fungsi gelombang.
Abrisokov dapat menunjukkan bahwa parameter tersebut dapat mendeskripsikan
pusaran (vortices) dan bagaimana medan magnet dapat memenetrasi bahan sepanjang
terowongan dalam pusaran-pusaran ini. Lebih lanjut ia pun dengan secara mendetail
dapat memprediksikan jumlah pusaran yang tumbuh seiring meningkatnya medan
magnet. Teori ini merupakan terobosan dan masih digunakan dalam pengembangan
dan analisis superkonduktor dan magnet. Superkonduktor
tipe II akan menolak medan magnet yang diberikan. Namun perubahan sifat
kemagnetan tidak tiba-tiba tetapi secara bertahap. Pada suhu kritis, maka bahan
akan kembali ke keadaan semula. Superkonduktor Tipe II memiliki suhu kritis
yang lebih tinggi dari superkonduktor tipe I. Kelompok superkonduktor tipe II,
biasanya berupa kombinasi unsur molybdenum (Mo), niobium (Nb), timah (Sn),
vanadium (V), germanium(Ge), indium (In) atau galium (Ga). Sebagian merupakan
senyawa, sebagian lagi merupakan larutan padatan.
Karakteristik dan Sifat Pada Bahan Superkonduktor
Karakteristik
dari bahan Superkonduktor adalah medan magnet dalam superkonduktor bernilai nol
dan mengalami efek meissner. Resistivitas suatu bahan bernilai nol jika dibawah
suhu kritisnya. Adapun sifat dari bahan superkonduktor adalah sebagai berikut :
a) Sifat Kelistrikan Superkonduktor
Ketika medan
listrik diberikan pada bahan logam,elektron akan mendapat percepatan, medan
listrik akan menghamburkan elektron ke segala arah dan menumbuk atom-atom pada
kisi hal ini menyebabkan adanya hambatan listrik pada logam konduktor. Pada
bahan superkonduktor terjadi juga interaksi antara
elektron dengan inti atom namun elektron dapat melewati inti tanpa
mengalami hambatan dari atom
kisi,efek ini dapat
dijelaskan oleh Teori
BCS.
b) Sifat Kemagnetan Superkonduktor
Jika sebuah
superkonduktor ditempatkan pada medan magnet, maka tidak
akan ada medan
magnet dalam superkonduktor, hal ini terjadi karena superkonduktor
menghasilkan medan magnet dalam, bahan yang berlawanan arah dengan medan magnet
luar yang diberikan. Efek ini dinamakan efek meissner
c) Sifat Quantum Superkonduktor
Teori dasar
kuantum untuk superkonduktor adalah teori BCS (1957). Teori BCS
menjelaskan bahwa elektron tunggal pada bahan superkoduktor tidak dapat
menghantarkan listrik melainkan harus berpasangan dan seluruhnya berada dalam
keadaan kuantum yang sama, yang dikenal dgn pasangan Cooper (Cooper pairs).
Pemanfaatan Superkonduktor
Dasar
penggunaan semikonduktor adalah terbentuknya sambungan p-n (p-n juncktion),
dimana semikonduktor tipe-p dan tipe-n digabungkan yang merupakan dasar
terjadinya terjadinya revolusi industri akibat ditemukan transisistor oleh
wiliam Shocklye, John Barden dan Walter Brattain di laboratorium Bell pada
tahun 1948. Pemanfaatan superkonduktor antara lain :
a) Kabel Listrik
Dengan
menggunakan bahan superkonduktor, maka energi listrik tidak akan mengalami
disipasi
karena hambatan pada bahan superkonduktor bernilai nol (lebih tepatnya
mendekati 0) sehingga penggunaan energi listrik akan semaki efektif.
b) Kereta Maglev (Magnet Levitation)
Prinsip
kerja dari kereta Maglev ini adalah memanfaatkan gaya angkat magnetik pada
relnya yang di akibatkan oleh efek Meissner yaitu pengankatan Magnet oleh
Superkonduktor sehingga terangkat sedikit ke atas,
kemudian
gaya dorong dihasilkan oleh motor induksi. Kereta ini mampu melaju dengan
kecepatan 650 km\jam.
c) Magnetic Resonance Imaging
Dipergunakan
dalam bidang kedokteran. Menggunakan medan magnet dan gelombang radio sehingga
lebih aman dibandingkan X-ray.
d) Superconducting Quantum
Interference Device (SQUID)
Dapat
mendeteksi medan magnet sangat kecil. Dipakai mencari minyak dan mineral.
e) Generator
Generator
konvensional yang menggunakan kawat tembaga memiliki efisiensi 98,5-99,0
persen, sedangkan generator superkonduktor efisiensinya dapat mencapai 99,6
persen.
Hal
ini disebabkan superkonduktor dapat menghasilkan medan magnet sangat kuat
sehingga generator dapat dibuat dengan ukuran lebih kecil dari yang
konvensional.
Jepang
telah menciptakan generator superkonduktor berdaya 70 MW.
Nah..itulah beberapa penjelasan tentang bahan superkonduktor, semoga dapat membantu bagi sobat dalam mengerjakan tugas.
2 komentar
Bro, ada nmr tlp nya gak. Ini nmr tlp ane 081337737438. Ane mau ajak bisnis pake superconductor tp ane gak ngerti caranya.
Nice